jalur Kereta Api Lintas Rantau Prapat – Kota Pinang
Ditulis oleh Administrator | |
Rabu, 18 April 2007 | |
Jalan kereta api sebagai salah satu moda angkutan darat berfungsi untuk mempercepat pengembangan daerah, karena untuk jarak angkut yang cukup jauh kereta api merupakan moda angkutan darat yang paling ekonomis, aman, cepat dan murah serta ramah lingkungan. Khususnya untuk angkutan barang yang berat, kereta api lebih unggul daripada angkutan jalan raya. Khusus untuk Pulau Sumatera yang merupakan daerah berpotensi sumber daya alam yang besar seperti minyak (Riau), batubara (Sumatera Selatan), semen (Sumatera Barat), kelapa sawit, karet yang menyebar di semua propinsi. Produk-produk tersebut apabila diangkut lewat jalan raya dengan kendaraan bermotor yang menpunyai tekanan gandar yang melebihi tekanan yang diijinkan akan merusak jalan raya dan dengan demikian mempersingkat umur rencana jalan dan menambah biaya pemeliharaan jalan. Sedangkan apabila diangkut lewat sungai/laut dengan kapal akan memakan biaya yang mahal. Dengan semakin meningkatnya produk hasil bumi tersebut, maka perlu dicarikan alternatif sistem angkutan yang mempunyai karateristik yang cocok, yaitu sistem yang bisa mengangkut secara masal, jarak jauh, aman, murah dan ramah lingkungan yaitu kereta api. Oleh karena itu perlu dikaji lebih mendalam dengan memperhatikan beberapa jal diantaranya keadaan tanah, curah hujan, sosio-ekonomis, penduduk dan jumlah angkutan. Namun sistem angkutan kereta api mempunyai kelemahan diantaranya memerlukan modal besar dan tidak selincah kendaraan bermotor (track bound). Jaringan jalan kereta api yang ada di Sumatera, terbagi atas 3 sistem jalan ka yang terpisah satu sama lain, yaitu: a. Sumatera Selatan Yaitu lintas Palembang – Prabumulih – Lubuk Linggau dan Parabumulih – Kilomater Tiga. Angkutan yang menjadi primadona dalam angkutan KA di Eksploitasi Sumatra Selatan (ESS) adalah angkutan batu bara, dimana kontribusi pendapatan yang diperoleh PT. Kereta Api (persero) sebesar 48% dari angkutan barang dari sistem perkeretaapian di ESS. b. Sumatera Barat Yaitu lintas Muaro – Solok – Panjang – Padang. Angkutan yang menjadi primadona dalam angkutan KA di Eksploitasi Sumatera Barat (ESB) adalah angkutan semen dan batu bara, mengingat jalan ka yang ada di ESB relatif pendek sehingga angkutan jalan raya, tidak terlampau besar perbedaannya. c. Sumatera Utara Yaitu lintas Besitang – Rantau Prapat. Angkutan yang menjadi primadona dalam angkutan KA di Eksploitasi Sumatera Utara (ESU) adalah minyak kelapa sawit yang diangkut ke Pelabuhan Belawan, berhubung kondisi perkerataapian yang ada sudah tua dan jarak angkutnya relatif pendek, maka angkutan jalan KA sulit bersaing dengan angkutan jalan raya. Untuk menghubungkan ketiga jaringan ka tersebut telah diadakan Masterplan Sumatera Railway Development yang dilakukan pada tahun anggaran 1999/2000 yang lalu dengan bantuan dari Asian Development Bank (ADB). Lintas yang menjadi unggulan adalah lintas Rantau Prapat – Pekanbaru – Palembang, dimana urutan evaluasi lintasan tersebut adalah sebagai berikut: • Lintas Rantau Prapat – Dumai sepanjang 246 km • Lintas Muaro – Dumai sepanjang 397 km • Lintas Teluk Kuantan – Muaro Bungo – Jambi sepanjang 370 km • Lintas Jambi – Betung sepanjang 188 km • Lintas Betung – Palembang Utara sepanjang 62 km Ujung lintas yang ada saat ini adalah Rantau Prapat, sehingga untuk kelanjutannya adalah sangat tepat apabila lintas ini di studi untuk dilanjutkan pada tahap awal ini. Lintas ini akan distudi sepanjang 75 km, yaitu dari Rantau Prapat ke arah Duri melintasi Kota Pinang Dengan dibangunnya lintas Rantau Prapat – Kota Pinang, maka akan meningkatkan daya saing perkeretapaian, sekaligus mengantisipasi kebutuhan masyarakat, juga dapat merangsang perkembangan ekonomi dan perkembangan daerah di sepanjang lintas KA tersebut. Sumber : http://www.dardela.com |
No comments:
Post a Comment